Sabtu, 07 Agustus 2021

Media Pembelajaran Mpbti E-Learning

Media Pembelajaran Media dalam prespektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam ikut memilih keberhasilan proses berguru mengajar. Sebab keberadaannya secara eksklusif dapat memperlihatkan dinamika tersendiri kepada peserta asuh. Kata media pembelajaran berasal dari bahasa latin ”medius” yang secara harfiah memiliki arti ”tengah”, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media mediator atau pengirim pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach dan Ely menyampaikan bahwa media kalau dimengerti secara garis besar adalah manusia, bahan, atau kejadian yang membangun keadaan yang menciptakan siswa bisa menemukan wawasan, kemampuan, atau perilaku. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah ialah media. Secara lebih khusus, pemahaman media dalam proses belajar mengajar condong diartikan alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali berita visual dan mulut. Association for Education and Communication Technology (AECT) mendefinisikan media ialah segala bentuk yang dipergunakan untuk suatu proses penyaluran berita. Sedangkan Education Association (NEA) mendefinisikan selaku benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam acara belajar mengajar, mampu mempengaruhi efektifitas acara instruksional. Menurut Oemar Hamalik media pembelajaran yakni Alat, sistem, dan teknik yang dipakai dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Menurut Suprapto dkk, menyatakan bahwa media pembelajaran adalah sebuah alat pembantu secara efektif yang dapat digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam penelitian kali ini peneliti lebih cenderung menggunakan definisi media pembelajaran dari Oemar Hamalik dengan argumentasi bahwa cakupannya lebih luas, tidak cuma dibatasi selaku alat tetapi juga teknik dan sistem sehingga dapat mencakup definisi dari para ahli pendidikan lainnya. Media Pembelajaran Berbasis Internet (E-Learning) Dalam paradigma pembelajaran tradisional, proses mencar ilmu mengajar umumnya berlangsung di dalam kelas dengan kehadiran guru di dalam kelas dan pengaturan jadwal yang kaku di mana proses berguru mengajar hanya mampu berlaku pada waktu dan tempat yang sudah ditetapkan. Peran guru sangat mayoritas dan bertanggung jawab atas efektivitas proses belajar mengajar dan guru juga menjadi sumber berguru yang mayoritas. Dalam paradigma sekarang, dengan pendekatan SCL dominasi guru menyusut dan sebagian besar cuma berperan sebagai fasilitator dan bukan selaku satu-satunya sumber belajar. Sebagai fasilitator guru sebaiknya mampu memfasilitasi siswa atau siswa supaya mampu berguru setiap ketika di mana saja dan kapan saja siswa merasa memerlukan. Proses berguru mengajar akan berlangsung efektif dan efisien bila didukung dengan tersedianya media yang menunjang. Penyediaan media serta metodologi pendidikan yang dinamis, aman serta dialogis sungguh diperlukan bagi pengembangan potensi peserta latih, secara optimal. Hal ini disebabkan karena potensi penerima ajar akan lebih terangsang bila dibantu dengan sejumlah media atau sarana dan prasarana yang mendukung proses interaksi yang sedang dijalankan. Media dalam perspektif pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis dalam ikut memilih keberhasilan proses berguru mengajar. Sebab keberadaannya secara langsung dapat menunjukkan dinamika tersendiri kepada akseptor ajar. Dengan kekurangan yang dimiliki, manusia terkadang kurang bisa menangkap dan menanggapi hal-hal yang bersifat abstrak atau yang belum pernah terekam dalam ingatannya. Untuk menjembatani proses internalisasi mencar ilmu   mengajar   yang   demikian,   diharapkan   media   pendidikan   yang memperjelas dan memudahkan peserta ajar dalam menangkap pesan-pesan pendidikan yang disampaikan. Oleh alasannya adalah itu, kian banyak penerima asuh disajikan dengan berbagai media dan sarana prasarana yang mendukung, maka makin besar kemungkinan nilai-nilai pendidikan bisa diserap dan dicernanya. Kemajuan  ICT,  proses  ini  dimungkinkan  dengan  menawarkan  fasilitas pembelajaran online melalui internet dan media elektronik. Konsep pembelajaran berbasis ICT seperti ini lebih dikenal dengan e-learning. E-Learning atau electronic learning sekarang semakin ialah salah satu cara untuk menanggulangi persoalan pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak orang menggunakan ungkapan yang berbeda beda dengan e-learning, tetapi pada prinsipnya e-learning yaitu pembelajaran yang memakai jasa elektronika sebagai alat bantunya. E-Learning memang ialah sebuah teknologi pembelajaran yang yang relatif gres di Indonesia. Untuk menyederhanakan perumpamaan, maka electronic learning disingkat menjadi e-learning. Kata ini terdiri dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang ialah akronim dari ‘electronica’ dan ‘learning’ yang memiliki arti ‘pembelajaran’. Kaprikornus e-learning memiliki arti pembelajaran dengan memakai jasa sumbangan perangkat elektronika. Kaprikornus dalam pelaksanaannya e-learning memakai jasa audio, video atau perangkat komputer atau variasi dari ketiganya. Pengertian formal istilah e-learning  diberikan  oleh  beberapa  pakar  diantaranya  yang  banyak  diadopsi yakni usulan Harley, yang menyatakan bahwa e-learning merupakan suatu jenis berguru mengajar yang memungkinkan tersampaikannya materi didik ke siswa dengan memakai media Internet, Intranet atau media jaringan Komputer lain. Sedangkan menurut Learn Frame  bahwa e-learning, disebut juga Tb- Learning (Technology-based    Learning) yakni tata cara pendidikan yang memakai  semua  aplikasi  elektro  untuk mendukung  berguru  mengajar tergolong jaringan Komputer (Internet, Intranet, Satelit), media elektronika (audio, tv, CD-ROM).  Dalam desain e-learning, tidak saja bahan pelajaran ditawarkan secara online, tetapi juga ditandai dengan adanya sebuah metode (berbentuksoftware) yang mengontrol dan memonitor interaksi antara guru dan siswa (dosen dengan siswa), baik bersifat langsung (synchronoius) atau tertunda (asynchronoius). Dalam e-learning tata cara ini diketahui dengan ungkapan LMS/CMS (Learning/Course Management System). Software LMS komersial yang terkenal diantaranya yakni WebCT, Blacckboard, TopClass, eCollege. Sedangkan yang ialah open source yang banyak dikenal di antaranya yaitu Dokeos (yang digunakan UNEJ) dan Moodle. LMS/CMS tidak saja menawarkan ruang bagi dosen untuk menaruh materi pelajaran tetapi juga menawarkan kemudahan lain seperti komunikasi pribadi (chatting, teleconference, video conference), komunikasi tertunda  (e-mail,  mailing-list),  pelacak  progress  (progress  tracking),  bahan pelajaran (silabus, bahan pelajaran, kumpulah soal-soal, latihan online). Pengertian E-Learning E-Learning ialah dasar dan konsekuensi logis dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Beberapa mahir menjajal menguraikan pengertian e-learning menurut versinya masing-masing, diantaranya : Jaya Kumar E-Learning sebagai sembarang pengajaran dan pembelajaran yang memakai rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau internet) untuk memberikan isi pembelajaran, interaksi, atau panduan. Dong E-Learning selaku acara belajar asynchronous lewat perangkat elektronika Komputer yang menemukan bahan berguru yang cocok dengan kebutuhannya. Rosenberg Menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi Internet untuk mengantarkan serangkaian solusi yang mampu memajukan pengetahuan dan kemampuan. Darin E. Hartley E-Learning ialah suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya materi asuh ke siswa dengan memakai media Internet, Intranet atau media jaringan Komputer lain. Learn Frame E-Learning yaitu tata cara pendidikan yang memakai aplikasi elektronika untuk mendukung mencar ilmu mengajar dengan media Internet, jaringan Komputer, maupun Komputer standalone. E-Learning dalam arti luas bisa meliputi pembelajaran yang dilaksanakan di media elektronika (Internet) baik secara formal maupun informal. E-Learning secara formal contohnya yakni pembelajaran dengan kurikulum, silabus, mata pelajaran dan tes yang sudah diatur dan disusun menurut acara yang telah disepakati pihak-pihak terkait (pengelola e- learning dan pembelajar sendiri). Pembelajaran mirip ini lazimnya tingkat interaksinya tinggi dan diwajibkan oleh perusahaan pada karyawannya atau pembelajaran jarak jauh yang dikontrol oleh universitas dan perusahaan-perusahaan (lazimnya perusahaan konsultan) yang memang bergerak dibidang penyediaan jasa e-learning untuk biasa . Kelebihan dan Kekurangan ELearning Ada beberapa keunggulan elearning dibandingkan dengan versi pembelajaran konvensional di antaranya yakni: Pembelajaran jarak jauh, elearning memungkinkan pembelajar untuk menimba ilmu tanpa harus secara fisik menghadiri kelas. ELearning mampu mempersingkat acara target waktu pembelajaran. ELearning mengurangi ongkos yang harus dikeluarkan oleh suatu acara studi atau acara pendidikan. ELearning memudahkan interaksi antara akseptor bimbing dengan materi atau materi, akseptor latih dengan dosen, guru, pelatih maupun sesama peserta latih. Fleksibilitas dari sisi waktu dan kawasan. Suasana tidak menegangkan. Dengan elearning suasana berguru tidak menegangkan seperti tatap paras pribadi. Siswa lebih berani melakukan latihan online alasannya tidak takut aib atau dibentak kalau melaksanakan kesalahan. Mudah meremajakan materi. Berbeda dengan meremajakan materi pelajaran yang tersusun dalam bentuk buku cetak, bahan online mampu diremajakan setiap dikala. Peserta bimbing dapat merasa bahagia dan tidak jenuh dengan bahan yang diajarkan karena memakai alat bantu mirip video, audio dan juga dapat menggunakan alat bantu seperti komputer bagi sekolah yang sudah mempunyai perlengkapan komputer. Selain mempunyai beberapa keunggulan, pemanfaatan elearning pun memiliki beberapa kelemahan yakni : Terutama dari sisi keperluan investasi jaringan penunjang dengan perangkat lunaknya. Untuk mampu mendapatkan manfaat yang optimal dari elearning diharapkan pertolongan jaringan yang sempurna dan stabil. Guru banyak yang belum siap menggunakan tata cara elearning dan masih belum cekatan memakai akomodasi mirip video dan komputer. Bagi orang yang gagap teknologi, tata cara ini belum mampu dipraktekkan. Keterbatasan jumlah Komputer yang dimiliki oleh Sekolah juga menghambat pelaksanaan elearning. Kehadiran guru sebagai makhluk yang mampu berinteraksi secara pribadi dengan para murid telah menghilang dari ruangruang elektronika E Learning ini Langkah-langkah Penyusunan Program Sistem Pembelajaran Berbasis E-Learning A. Perencanaan Awal Mengidentifikasi tujuan, kebutuhan dan duduk perkara yang muncul dalam pembelajaran. Analisis karakteristik siswa yang akan menggunakan dan pelajari materi yang akan dikembangkan. Mempertimbangkan taktik pembelajaran. B.Menyiapkan Materi Menguasai bahan dan metodologi pengajaran. Menguasai prosedur pengembangan media. Menguasai teknik pemograman komputer. Mengetahui keterbatasan komputer. C.Mendesain Paket Program Pembelajaran Dalam hal ini yang perlu diamati ialah memperkenalkan bahan gres untuk melengkapi atau menguatkan pelajaran yang sudah berjalan dengan media lain. D.Menvalidasi Paket Program Pembelajaran Memvalidasi paket program mengambarkan validitasnya secara empiris lewat uji lapangan pada paket acara yang dikembangkan. Paket program diuji-cobakan dengan memilih sampel yang representatif. Program pembelajaran perlu memperhatikan: Kebenaran bahan ajar. Ketepatan antara acara dengan populasi pengguna. Kesederhanaan acara. Efisiensi penggunaannya. Reliabilitas. Efektifitas Sistem Pembelajaran Berbasis E-Learning Dalam Pendidikan. Apabila dibandingkan pendidikan konvensional, dalam prosesnya e- learning sebagai media distance learning membuat paradigma gres, yakni peran guru yang lebih bersifat “fasilitator” dan siswa selaku “peserta aktif” dalam proses belajar-mengajar. Karena itu, guru dituntut untuk menciptakan teknik mengajar yang baik, menyuguhkan bahan bimbing yang menarik, sementara siswa dituntut untuk aktif berpartisipasi dalam proses belajar. Namun dalam banyak  realita,  jarang  sekali  ditemui  distance  learning  yang  seluruh proses  berguru-mengajarnya  dilakukan  dengan  E-learning  atau  online learning.  E-learning  hanyalah  selaku   media  pendukung  pendidikan  dan bukan selaku media pengganti pendidikan. Faktor teknologi dalam pendidikan bukanlah satu-satunya jalan untuk mengembangkan kualitas pendidikan, sebagai contoh banyak bawah umur yang berada di sekolah-sekolah miskin dan terpencil ternyata berkat  kekuatan tekad, kesadaran dan impian yang kuat ternyata memiliki mutu dan mutu pendidikan yang lebih baik dibandingkan sekolah yang bisa menerapakan ICT (information comunication and technology) atau TIK di sekolahnya. Perlu digaris bawahi, adalah suatu kesalahan besar jika dalam sebuah lembaga sekolah memfokuskan  pengadaan TIK melampaui  cara memajukan kualitas manusianya sebagai pengguna teknologi itu sendiri untuk dipraktekkan di lembaga pendidikan tersebut. Karena esensi kenaikan mutu pendidikan bukan terletak pada kecanggihan teknologinya tetapi kedahsyatan pendidik dan penerima didiknya dalam melakukan proses pendidikannya. E-learning tidak mampu mengembangkan kualitas pendidikan, tetapi E- learning mampu membantu mengembangkan mutu pendidikan. Maka diperlukan dengan adanya E-learning selaku salah satu media pendidikan jarak jauh (Distance Learning) akan menjadi suatu penyelesaian untuk meningkatkan mutu pendidikan, bukan menjadi aspek penghambat dan jurang pemisah pemerataan mutu pendidikan tersebut. Seperti kita lihat di Negara-negara meningkat yang menerapkan distance learning menunjukkan sukses yang signifikan, antara lain; Mampu mengembangkan pemerataan pendidikan, memajukan  prestasi  berguru,  mengatasi  kelemahan  tenaga  pendidikan, memajukan efisiensi dan sebagainya. Semoga bermanfaat.
Sumber https://ibadjournals.blogspot.com


EmoticonEmoticon