Minggu, 01 Agustus 2021

Penting Tahu Aksara Siswa Supaya Bisa Mendidik Dengan Baik

Karena tulisan bebas ini mungkin saja membuat salah satu pihak merasa tidak senang sebelumnya ijinkan saya mohon maaf, serta dalam tuisan ini aku sengaja tidak mencantunkan sumber link referensi semata hanya untuk menjaga privasi. Melihat banyaknya masalah yang di posting oleh guru dalam forum media umum khususnya pada forum-lembaga guru wacana kenakalan siswa, tak sedikit guru yang mendiskriminasi anak sebagai sumber utama objek kesalahan tanpa harus mengkaji penyebab dari semua bentuk kesalahan anak tersebut. Sisi lain, adanya permintaan dan tekanan dari pemerintah membuat guru tidak konsentrasi untuk membimbing siswa dengan baik. Guru kini lebih konsentrasi pada teladan pengajaran 24 jam daripada contoh pendidikan aksara siswa. Ini meupakan efek dari target profesionalisme yang berupa sertifikasi, dengan adanya pinjaman dari pemerintah guru lebih mementingkan administrasi yang menunjang kemakmuran hidupnya secara duniawi ketimbang kesejahteraan hidup siswa secara ukhrawi. Diakui ataupun tidak, dibantah ataupun tidak tetapi yang terjadi yaitu bahwa guru sering mengeluhkan tentang banyak sekali derma dan administrasi lainnya yang tidak kunjung kelar. Imbasnya yaitu anak asuh. Siswa melaksanakan tindakan salah guru merasa geram dan pribadi menghukum tanpa lewat kompromi, menyalahkan anak, menyalahkan orangtua, menyalahkan pemerintah. Tuntutan pemerintah yang mencanangkan pendidikan karakter belum bisa 100 persen di konsumsi oleh guru. Buktinya guru masih menuntut honor yang lebih tinggi terhadap pemerintah. Ini artinya peran utama guru yang katanya "tulus mendidik" menjadi kabur sehingga imbasnya lagi-lagi anak asuh yang menjadi korban. Banyak sekali meme yang bermunculan seperti kata berikut "Guru mendidik watak siswa di bayar murah sedangkan artis menghancurkan akhlak siswa di bayar mahal". "Siswa arif orang bau tanah terkenal Siswa nakal guru kena pasal". Ini bahwasanya ironis menyamakan pekerjaan guru dengan artis. Ujung-ujungnya guru secara tidak eksklusif menyalahkan siswa yang "pembangkang", orangtua, bahkan menyalahkan pemerintah. Jika mengatakan sebuah tanggung jawab seorang guru memang sangat besar, menididik, mengajar, membimbing hingga menjadi insan yang sempurna. Namun yang perlu di garis bawahi tujuan pokok menjadi seorang guru bukanlah mendapatkan honor yang sangat besar. Oleh jadinya mari kita lihat tujuan kita menjadi guru. Jika Anda merasa berat menjadi guru dengan honor yang kecil lebih baik mencari pekerjaan lain yang bisa menunjang kemakmuran hidup Anda. Sehingga ketika kita kembali pada fitrah guru kita tidak akan pernah menuntut meskipun penyebabnya yaitu "siswa badung" sekalipun. Baiklah, saya telah bercermin dari problem diatas tersebut dan aku tidak mau membicarakan lebih panjang lagi sebab saya percaya akan memperbesar kebencian di hati seorang guru, bagaimana pun juga manusia tidak ingin disalahkan. Mari kita mulai pada diri masing-masing. Jangan takut tidak makan sebab pinjaman tidak keluar tetapi takutlah pada tanggung jawab guru di akherat kelak. Seperti yang aku tulis pada judul diatas pentingnya mengetahui huruf siswa agar guru bisa mendidik dan membimbing dengan baik, maka seorang guru mesti sungguh-sungguh tahu aksara dari setiap siswanya. Ini saya tekankan sebab menyaksikan banyaknya guru mencicipi dampak dari kenakalan siswanya mirip uraian diatas. -Bagaimana mungkin guru mampu menjustifikasi anak jika dia tidak tahu karakter anak-. Yang menjadi kecacatan disini ialah tidak semua guru mengetahui huruf siswanya dengan baik, bahkan guru BP/BK pun cuma 10% yang sungguh-sungguh mengetahui abjad anak didiknya. Nah, alangkah baiknya saat seorang guru bisa mengetahui karakter siswanya meskipun cuma sederhana, ini kan membantu proses guru dalam mengerjakan tugasnya membimbing, mendidik, mengajar. Tanpa melalui tes psikologi yang berbelit-belit sebanarnya guru sudah bisa mengenali huruf siswanya melalui kebiasaan siswa; Cara berpakaian siswa Cara mengatakan siswa Tingah laku siswa Cara berpikir siswa Mari kita uraikan satu persatu menyaksikan huruf siswa secara sederhana melalui budbahasa kebiasaan siswa tersebut. 1. Melihat abjad siswa melalui cara berpakaiannya dan penyelesaian mengarahkannya Saya teringat akan pepatah dari guru kita Ki Hajar Dewantara "Ajining sosiro ono ing busono" Manusia akan bermartabat dikala bisa berpakaian dengan baik. Kita tahu bahwa sekolah memberi hukum yang terang tentang kerapian. Namun kenyataannya tidak semua siswa mengikutinya dengan baik. Ada siswa yang senantiasa merapikan diri dengan selalu memasukkan pakaiannya sesuai dengan peraturan sekolah. Sisi lain ada juga siswa yang menunggu teguran dari guru, baru membereskan pakaiannya. Dari dua hal ini kita telah bisa melihat perbedaan huruf siswa tersebut. Tentu yang menjadi sorotan problem ialah siswa yang tidak mau membereskan pakaiannya sesuai dengan peraturan sekolah. Lantas apakah guru mesti menghukum, menempeleng, membentak, dst., dikarenakan telah jenuh menasehati siswa tersebut. Jika hal tersebut dikerjakan maka guru tersebut benar-benar tidak mengenali abjad anak itu. Perlu dimengerti perilaku siswa kurang menjaga kerapian di sekolah dipengaruhi dari berbagai aspek. Hal ini alasannya siswa berasal dari aneka macam latar belakang kehidupan sosial, ekonomi maupun derajat pendidikan orang tuanya. Faktor –aspek tersebut diantaranya adalah: Sekolah kurang menerapkan perilaku kerapian berpakaian. Sekolah yang kurang menerapkan kerapian berpakaian, maka siswa biasanya kurang bertanggung jawab alasannya siswa menganggap tidak melakukan tugas di sekolah tidak dikenakan hukuman, tidak dimarahi guru. Teman bergaul. Anak yang bergaul dengan anak yang kurang baik perilakunya akan berpengaruh terhadap anak yang diajaknya berintraksi sehari hari. Cara hidup di lingkungan siswa tinggal. Siswa yang tinggal di lingkungan hidup yang kurang baik, maka siswa akan condong bersikap dan berperilaku kurang baik pula.  Sikap orang renta. Anak yang dimanjakan oleh orang tuanya akan cendrung kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan dan kesusahan kesulitan, begitu pula sebaliknya anak yang sikap orang tuanya sewenang-wenang, maka anak akan menjadi penakut dan tidak berani mengambil keputusan dalam bertindak. Keharmonisan keluarga. Siswa yang berkembang dikeluarga yang kurang serasi (broken home) lazimnya akan selalu mengusik sahabat dan sikapnya kurang disiplin serta terkesan acuh dengan dirinya sendiri terutama kerapian berpakaian. Latar belakang kebiasan dan budaya. Budaya dan tingkat pendidikan orang tuanya akan berpengaruh kepada sikap dan perilaku anak. Anak yang hidup dikeluarga yang bagus dan tingkat pendidikan orang tunya anggun maka anak akan cenderung berperilaku yang bagus pula. Kerapian berpakaian dirasa berperan penting dalam pendidikan. Karena pendidikan bukan hanya mencetak siswa berprestasi dalam bidang akademik, melainkan juga sebagai wadah pengembangan potensi dan kepribadian siswa. Disuatu sekolah tanpa adanya kerapian berpakaian akan mengganggu kenyamanan akseptor bimbing dalam mencar ilmu. Dalam rangka mengembangkan kerapian dan rasa tanggung jawab siswa di sekolah, seorang guru harus menyatakan peraturan dan konsekuensinya jika siswa melanggarnya, konsekuensi ini dijalankan secara bertahap dimulai dari perayaan, teguran, memberi tanda cek pada Kartu Disiplin siswa, disuruh menghadap ke wali kelas, guru BP/BK, Kepala Sekolah atau dilaporkan terhadap orang tuanya tentang pelanggaran yang dilakukannya di sekolah. Pertanyaannya yaitu apakah konsekwensi sedikit demi sedikit ini telah dilakukan dengan benar!. Jika jawabnya terlalu ribet bermakna gurulah yang merusak siswa itu sendiri tanpa sadar. 2. Melihat karakter siswa lewat cara berbicara dan penyelesaian mengarahkannya :Ajining dhiri ono ing keda'ing lathi". Sama halnya uraian diatas Gaya bicara seseorang pun bisa juga dipakai untuk mengenali karakternya. Tentu hal ini akan sedikit lebih susah karena ada aneka macam macam dialek bahasa kesehariannya akan tetapi batasannya adalah ucapan yang baik dan ucapan yang buruk. Semua guru menghendaki siswanya mengatakan yang bagus. Solusinya ialah guru sebagai acuan yang baik maka ketika menyampaikan sesuatu mesti dengan bahasa yang bagus. Yang salah yaitu acap kali guru tanpa sadar membentak anak yang mengucapkan kata-kata yang salah. Dan ini telah menambah acuan satu karakter kapada siswa. Siswa yang mengatakan keras akan makin keras, siswa yang tadinya mengatakan halus akan menggandakan mengatakan keras. Apapun gaya bicara siswa saat guru bisa memberi contoh dengan gaya bicara yang bagus dan baik maka siswa akan merasa segan untuk mengatakan yang keras. 3. Melihat aksara siswa lewat tingkah laris kesehariannya dan penyelesaian mengarahkannya Perhatikan Tingkah Laku Siswa. Untuk pertama kali amati saja tingkah laku anak ajar kita dalam kegiatan sehari-harinya mirip apa dalam lingkungn sekolah, jikalau perlu lingkungan rumahnya mirip apa juga kita pelajari. kadang-kadang sikap di sekolah dan di rumah dari anak ajar kita bertolak belakang. mungkin di rumahnya pendiam tapi di sekolah  nakal, atau sebaliknya. Banyak aspek yang menimbulkan mereka memiliki dua huruf seperi yang aku uraikan diatas. Guru mesti memiliki ruang waktu terhadak anak didiknya untuk mengenal lebih erat. Solusinya kerjakan komunikasi pendekatan secara persuasif. Setelah kita perhatikan dengan baik-baik jangan kita eksklusif judge atau menyimpulkan sembarang perilaku dari siswa-siswa kita, tapi kita perlu tahu juga secara intern apa yang mereka rasakan, apa yang mereka fikirkan, apa yang mereka kehendaki. 4. Melihat aksara siswa melalui cara berpikirnya dan penyelesaian mengarahkannya Sejalan dengan ajaran enggunsyihabudieninfo.blogspot.co.id saya tulis kembali sebab saya rasa ada manfaatnya. Ikuti Jalan Pikirannya. Mungkin agak asing dengan kiat yang ini tapi mampu juga menjadi penyelesaian untuk mengenali huruf para siswa kita, pada saat kita mengobrol dengan salah satu anak asuh kita kalau kita ingin mengetahui huruf yang sebetulnya dari anak tersebut, ikuti saja dahulu apa yang dia ingin bicarakan, anggaplah kita ini sebagai pendngar yang baik, dari pembicaraanya niscaya mengarah tentang kperibadiannya, jadi secara tidak eksklusif kita bisa tahu apa yang sebetulnya ia fikirkan dan apa apa yang dia kehendaki, dan dari pembicaraan itu juga kita mampu lebih mengenal secara internal "ternyata anak ini begini" "ternyata anak ini begitu". Banyak manfaat yang dapat dipetik jikalau seorang guru bisa mengenal kepribadian dan abjad siswanya dengan baik. Beberapa faedah tersebut adalah : Mengenal dan memahami huruf peserta latih, menawarkan manfaat yang banyak baik bagi peserta ajar sendiri maupun bagi guru yang berperan mendampingi mereka. Bagi peserta didik, mereka akan menerima pelayanan prima, perlakuan yang adil, tidak ada diskriminasi, mencicipi panduan yang maksimal dan menyelesaikan duduk perkara anak latih dengan mengamati karakternya. Bagi guru, faedah mengenal dan memahami huruf akseptor ajar yakni guru akan dapat memetakan kondisi peserta bimbing sesuai dengan karakternya masing-masing. Guru mampu menunjukkan pelayanan prima dan memberi tugas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didiknya. Dengan demikian guru dapat membuatkan peluangyang dimiliki mereka berbentukminat, bakat dan kegemarannya dan berusaha menekan potensi negatif yang mungkin timbul dari karakter anak didik yang tidak baik yang dimilikinya. Mengetahui kelebihan yang mereka miliki dan mampu meningkatkannya Mendeteksi kekurangan yang mereka miliki dan memperbaikinya Mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri mereka dan mengoptimalkannya untuk keberhasilan dimasa yang mau tiba Menyadarkan mereka bahwa mereka masih memiliki banyak kekurangan sehingga pantang untuk bersikap angkuh dan merendahkan orang lain Dapat mengenali jenis pekerjaan apa yang paling cocok untuk mereka dimasa akan tiba sesuai dengan kepribadian dan huruf mereka sehingga kita mampu mengarahkannya menjadi lebih baik Mengenal diri sendiri mampu membantu anak ajar untuk berkompromi dengan diri sendiri dan orang lain dalam berbagai situasi Mengenal kepribadian (personality) diri mampu menolong mereka menerima dengan nrimo segala keunggulan dan kelemahan diri sendiri, sekaligus bertoleransi terhadap keunggulan dan kekurangan orang lain. Dengan mengerti dan mengetahi abjad siswanya maka proses mencar ilmu mengajar dapat lebih dioptimalkan. Guru tidak akan lekas marah-murka karena cuma kesalahan kecil yang dikerjakan oleh siswa.
Sumber https://ibadjournals.blogspot.com


EmoticonEmoticon